Pontianak Punye Cerite
- Ely Nursetiani
- Feb 25, 2024
- 2 min read

Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat di Indonesia, memiliki sejumlah keistimewaan. Kota ini terkenal sebagai "Kota Khatulistiwa", sebab lintang nol yang melintasi kota ini.
Budaya Pontianak mencerminkan perpaduan etnis yang beragam, yang mana terdiri dari Melayu, Tionghoa, Dayak, dan suku-suku lainnya. Berbagai kelompok etnis yang ada hidup berdampingan dan saling menghormati.
Selain itu, dalam aspek kuliner, Pontianak memiliki banyak makanan yang tidak kalah menarik. Misalnya, kue tradisional seperti chai kwe yang memiliki rasa gurih dan renyah, serta bubur pedas Pontianak yang khas dengan cita rasa pedas dan lezat, menjadi sajian yang tidak boleh dilewatkan.
Sebagai kota pesisir sungai, Pontianak memiliki daya tarik tersendiri dengan sungainya yang membelah kota ini. Dalam perjalanan hidup yang penuh lika-liku, lagu Sungai Kapuas memiliki kenangan berarti bagi penulis yang harus menjalani pendidikan dan merantau di luar kota. Bait demi bait lagu ini mempunyai makna mendalam. Lagu ini menggambarkan transformasi dari hutan yang menyelimuti sungai terpanjang di Indonesia hingga menjadi sebuah kota, Pontianak. Berikut adalah lirik lagu tersebut:
Hei sampan laju
Sampan laju dari hile' sampai ke hulu
Sungai Kapuas
Sunggoh panjang dari dolo' membelah kote
Hei tak disangke
Tak disangke dolo' hutan menjadi kote
Ramai pendudoknye
Pontianak name kotenye
Sungai Kapuas punye cerite
Bile kite minom aeknye
Biar pon pegi jaoh kemane
Sunggoh susah nak ngelupakkannye
Hei... Kapuas
Hei... Kapuas
Lagu ini tak hanya sekadar pengingat kampung halaman, tetapi juga menggali dan memelihara identitas serta kebanggaan terhadap kota Pontianak yang terus maju dan berkembang. Pesan lagu ini menyiratkan bahwa masa depan tidak selalu dapat diprediksi, dan menghadirkan kejutan-kejutan tak terduga. Sebagaimana Kota Pontianak yang sekarang ramai penduduknya awalnya hanya hutan belantara. Lagu ini juga menciptakan kesan bahwa kenangan akan rumah, di mana pun kita pergi, sulit untuk dilupakan. Hal ini menjadi pengingat bahwa meskipun melangkah jauh, akar dan kenangan dari tempat yang disebut rumah tetap erat di hati. Biar melangkah sejauh langit biru, tempat kita pulang hanya hangat rumah, kan? Ibu yang sibuk menyiapkan hidangan favorit di dapur, sementara Bapak duduk di depan televisi, mengupdate diri dengan berita terkini untuk merancang diskusi menarik, atau menonton siaran olahraga haha. Kemudian deru taksi yang terdengar dari dalam, membawa mereka dengan langkah-langkah rindu ke pintu rumah, siap beri dekap erat. Setiap sudut Pontianak punya cerita, tempat banyak orang pergi, tempat banyak orang pulang.
Comments